Pertambangan : Kemajuan atau Kehancuran?
Font Terkecil
Font Terbesar
Dunia modern sering memuji industri pertambangan sebagai pilar kemajuan ekonomi. Gedung-gedung megah, teknologi canggih, dan peradaban yang berkembang disebut sebagai hasil dari eksploitasi sumber daya alam. Tetapi pertanyaannya adalah: Apakah ini benar-benar kemajuan, ataukah hanya kehancuran yang dikemas dalam narasi indah?
Kita menyaksikan hutan-hutan yang dulu hijau berubah menjadi hamparan tanah tandus. Sungai yang dahulu menjadi sumber kehidupan kini dipenuhi limbah beracun. Udara yang dulunya segar kini beracun dengan polusi industri. Allah telah memperingatkan manusia agar tidak melakukan kejahatan ini:
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ ٱلْحَرْثَ وَٱلنَّسْلَۚ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلْفَسَادَ
"Dan apabila ia berkuasa, ia berusaha membuat kerusakan di bumi, merusak tanam-tanaman dan hewan ternak. Dan Allah tidak menyukai kerusakan." (QS. Al-Baqarah : 205).
Namun, apakah kita mematuhi peringatan ini? Atau justru kita menganggap eksploitasi tanpa batas sebagai langkah normal dalam pembangunan?
Allah SWT telah memberikan amanah kepada manusia sebagai khalifah di bumi—bukan untuk menghancurkannya, tetapi untuk menjaganya.
هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
"Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya." (QS. Hud : 61).
Namun, apakah kita memakmurkan bumi atau justru mempercepat kehancurannya?
Maqasid Syariah : Tujuan Mengapa Islam Melarang Perusakan Alam
Islam tidak sekadar memberikan perintah untuk menjaga ekologi, tetapi juga menetapkan tujuan besar yang harus dicapai dalam setiap aspek kehidupan. Maqasid Syariah bukan hanya prinsip moral, tetapi visi jangka panjang bagi keberlanjutan hidup di bumi.
1. Menjaga Agama (Hifz al-Din) : Kehormatan Alam sebagai Amanah Allah
Islam mengajarkan bahwa bumi adalah ciptaan Allah yang harus dijaga. Merusak lingkungan bukan hanya dosa sosial—ini adalah pengkhianatan terhadap amanah Tuhan.
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya..." (QS. Al-A'raf : 56).
Tujuan utama Islam adalah memastikan bahwa keseimbangan alam tetap terjaga sebagai bentuk ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Menjaga ekologi adalah ibadah, bukan sekadar pilihan sosial.
2. Menjaga Jiwa (Hifz al-Nafs) : Alam Sebagai Sumber Kehidupan
Eksploitasi yang tidak terkendali tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga membahayakan kehidupan manusia secara langsung. Polusi dari limbah tambang menyebabkan berbagai penyakit, termasuk kanker dan gangguan pernapasan. Islam melarang segala bentuk perbuatan yang mengancam kehidupan manusia.
وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
"Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan seluruh manusia." (QS. Al-Ma’idah : 32).
Tujuan Islam dalam melarang perusakan alam adalah agar kehidupan manusia tetap terjaga dan tidak terganggu oleh keserakahan segelintir orang.
3. Menjaga Akal (Hifz al-'Aql): Kesadaran Kolektif untuk Masa Depan
Manusia diberikan akal untuk berpikir jangka panjang, bukan hanya memuaskan keinginan sesaat. Lalu mengapa kita tetap menghancurkan bumi, padahal kita tahu bahwa ini akan berujung pada bencana?
أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Maka apakah kamu tidak menggunakan akal?" (QS. Al-Baqarah : 44).
Islam menetapkan tujuan agar manusia selalu menggunakan akalnya untuk membuat keputusan yang tidak merugikan ekosistem dan generasi mendatang.
4. Menjaga Keturunan (Hifz al-Nasl) : Warisan Kehidupan, Bukan Kehancuran
Islam menetapkan kelangsungan hidup generasi mendatang sebagai tujuan utama. Jika kita merusak lingkungan, kita bukan hanya mengancam diri sendiri, tetapi juga menghancurkan hak hidup anak cucu kita.
وَٱلْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ
"Dan bumi telah diletakkan untuk makhluk-Nya." (QS. Ar-Rahman : 10).
Jika kita gagal menjaga ekologi, kita telah mengkhianati amanah Islam dalam memastikan keberlanjutan kehidupan bagi generasi mendatang.
5. Menjaga Harta (Hifz al-Mal) : Ekonomi yang Berkelanjutan, Bukan Keserakahan
Islam menetapkan keseimbangan ekonomi sebagai tujuan, bukan sekadar keuntungan dalam jangka pendek. Alam bukanlah objek eksploitasi yang bisa dihabiskan, tetapi harta yang harus dikelola dengan bijak untuk kesejahteraan semua umat manusia.
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ ٱلشَّيَاطِينِ
"Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan." (QS. Al-Isra : 27).
Tujuan Islam dalam menjaga harta adalah agar manusia tidak rakus dalam mengambil sumber daya, tetapi memastikan kemakmuran tetap berlanjut untuk generasi berikutnya.
Kesimpulan: Apakah Kita Akan Terus Mengkhianati Amanah Allah ?
Perusakan alam bukan sekadar kesalahan ekonomi atau sosial—ini adalah pelanggaran terhadap tujuan Islam itu sendiri. Jika kita terus diam melihat kehancuran ekologi akibat pertambangan, kita tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengingkari amanah besar yang telah Allah tetapkan dalam Maqasid Syariah.
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ ٱلشَّيَاطِينِ
"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan." (QS. Al-Isra : 26-27).
Maka, kita hanya memiliki dua pilihan:
- Terus diam dan menjadi bagian dari kehancuran?
- Atau bangkit sebagai khalifah sejati yang menjaga bumi sesuai dengan Maqasid Syariah?
Bumi ini adalah amanah. Jika kita mengkhianatinya, kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.